10 Bukti-Bukti Tertulis Kerajaan Majapahit

10.19



Nama   : Okky Dian Pradika
NRP     : 4103141011
Kelas   : 1 D3 MMB-A


10  Bukti-Bukti Tertulis Kerajaan Majapahit

1.      Prasasti Taji Gunung (910 M)

Berisi tentang penyebutan dewa-dewa dengan “Om, Namassiwayanamo Buddhaya”.Artinya “Selamat, bakti kepada Siwa dan Buddha.


            2.   Serat Pararaton

Serat Pararaton, (bahasa Kawi: "Kitab Raja-Raja"), adalah sebuah kitab naskah Sastra Jawa Pertengahan yang digubah dalam bahasa Jawa Kawi. Naskah ini cukup singkat, berupa 32 halaman seukuran folio yang terdiri dari 1126 baris. Isinya adalah sejarah raja-raja Singhasari dan Majapahit di Jawa Timur. Kitab ini juga dikenal dengan nama "Pustaka Raja", yang dalam bahasa Sanskerta juga berarti "kitab raja-raja". Tidak terdapat catatan yang menunjukkan siapa penulis Pararaton. Berisi tentang perjalanan hidup ken Arok sampai dia jadi Raja.

3.      Prasasti Sutamerta (1296 M)

Pada lempeng Xabariske-duadanke-tiga nama dewa disebut “Sri Maharaja, apan Sira Prabudewamurti, wirincinaraya nasantaratma”. Artinya “Sri Maharaja, karena beliau adalah seorang raja penjelmaan dewa, yaitu Wirinci (Brahma), Narayana (Wisnu), Sankara (Siwa).

4.      Prasasti Singhasari (1351 M)

Berbunyi “komaktan .paduka bhatara sang lumah ring siwa Buddha” yang artinya sang paduka sudah bersatu dengan siwa Buddha.

               5.   Prasasti Karang Bogem (1387 M)

Menyebutkan tentang pembukaan daerah perikanan di Karang Bogem.Prasasti Marahi Manuk (tt) dan Prasasti Parung (tt), Mengenai sengketa tanah, persengketaan ini diputuskan oleh pejabat kehakiman yang menguasai kitab-kitab hukum adat setempat.


6.      Prasasti Kudadu (1294 M)

Mengenai pengalaman Raden Wijaya sebelum menjadi Raja Majapahit yang telah ditolong oleh Rama Kudadu dari kejaran balatentara Yayakatwang setelah Raden Wijaya menjadi raja dan bergelar Kertajaya Jayawardhana Ananta wikramottunggadewa, penduduk desa Kudadu dan Kepaladesanya (Rama) diberi hadiah tanah sima.

 
7.      Prasasti Waringin Pitu (1447 M)

       Mengungkapkan bentuk pemerintahan dan system birokrasi Kerajaan Majapahit yang terdiri dari 14 kerajaan bawahan yang dipimpin oleh seseorang yang bergelar Bhre, yaitu Bhre Daha,  Bhre Kahuripan,  Bhre Pajang, Bhre Wengker, Bhre Wirabumi, Bhre Matahun,  Bhre Tumapel,  Bhre Jagaraga,  Bhre Tanjungpura, Bhre Kembang Jenar, Bhre Kabalan, Bhre Singhapura, Bhre Keling, dan Bhre Keling gapura.


8.     Prasasti Canggu (1358 M)

Mengenai pengaturan tempat-tempat penyeberangan di Bengawan Solo. Prasasti Biluluk (1366 M0, Biluluk II (1393 M), Biluluk III (1395 M). Menyebutkan tentang pengaturan sumber air asin untuk keperluan pembuatan garam dan ketentuan pajaknya.


9.      Kitab Sutasoma

Diceritakan bahwa Kalarudra, seorang tokoh agama Hindu sangat murka kepada Sutasoma, seorang titisan Buddha dan hendak memusnahkannya. Para dewata mencoba meredakan kemurkaan Kalarudra dengan mengingatkan kepadanya bahwa Buddha dan Siwa sebenarnya tidak dapat dijadikan dua (dipisahkan). Jinatawa (hakikat Jinaatau Buddha) adalah sama dengan Sinatattwa (hakikatSiwa). Selanjutnya diajarkan supaya orang merenungkan Siwa - Buddha-Hattwa atau hakikat Siwa-Buddha.

10.   Kitab Nagarakertagama

Dalam beberapa prasasti Majapahit yang memuat daftar dharmmaupapatti para pejabat dapat dikelompokkan kedalam golongan Buddha dan golongan Siwa. Diantara beberapa upappati ada yang menjabat urusan sekte-sekte tertentu seperti Bhairawapaksa, Saurapaksa, dan Siddhantapaksa. Dari kitab Sanghyang Kamahayanikan, diketahui terdapat sekte-sekte agama Buddha yang disebut Sang Wadisisya Bhagawan Kapila, Sang Wadhikanabhaksasisya, Sang Wadiwesnawa, Sakara, dan Wahyaka. Tidak hanya itu saja kedudukannya sebagai pejabat keagamaan, para upapatti dikenal juga sebagai kelompok cendikiawan, dan kelompok bhujangga.

You Might Also Like

0 komentar

Popular Posts

Like us on Facebook

Flickr Images